Rating: 7,6/10 Status: Recommended --- [English] Berserk: Ougon Jidai-hen – Memorial Edition is perhaps the most accessible version of the Golden Age arc for modern viewers. Serving as a re-edited, re-structured TV release of the Golden Age film trilogy, this edition attempts to reconcile the cinematic scope of the movies with the emotional intimacy and narrative clarity of an episodic format. And while not perfect, it does a decent job in smoothing out some of the trilogy’s previous shortcomings. What makes this version stand out is its willingness to slow down. The new scenes—many of which didn’t exist in the original movies—add breathing space to character interactions, especially between Guts,Griffith, and Casca. Their relationships are no longer just narrative checkpoints but become emotional throughlines that give weight to everything that comes after.
Visually, the CGI remains noticeable, but the Memorial Edition softens its harshness through better lighting, re-compositing, and transitions. While it’s still not on the level of hand-drawn animation from the 1997 series, it no longer feels as jarring or alienating as the original films sometimes did.
Emotionally, the Golden Age arc is still Berserk’s most complete and classically structured story. The rise and fall of the Band of the Hawk, Guts’ internal awakening, and Griffith’s obsessive ambition are all portrayed with elegance and dread. The arc’s tragedy hits just as hard here, especially with the added scenes that let characters breathe before the inevitable.
What the Memorial Edition does best is humanize its characters. Griffith’s charm is shown alongside his cold pragmatism. Casca’s loyalty is not just told, but shown through actions and smaller moments. And Guts’ growing discomfort with Griffith’s dream becomes much more understandable with added context.
The pacing is significantly improved. Where the movies often felt rushed—compressing massive emotional beats into limited runtime—this edition allows tension and meaning to build. Scenes like Guts leaving the Hawks or the post-battle moments are allowed to settle, to sting.
However, despite the additions, the limitations of the source material remain. Some parts of the trilogy’s stiffness—especially in action scenes—are still present. And while the Eclipse is still horrifying, the weight of it isn’t quite as overwhelming as in the 1997 anime, which had more raw build-up and psychological tension.
Nonetheless, for newer fans or those intimidated by the older visuals of the 1997 series, this is a worthy alternative. It’s not as emotionally gut-wrenching, but it respects the source material and presents it in a cleaner, more digestible way—without sacrificing too much narrative depth.
Berserk: Memorial Edition doesn’t redefine the Golden Age arc, but it reframes it—polishing it just enough to be more watchable for a broader audience. For those looking to understand what made this story legendary without jumping into the manga or the older anime, this is a solid starting point.
---
[Bahasa Indonesia]
Berserk: Ougon Jidai-hen – Memorial Edition mungkin adalah versi arc Golden Age yang paling ramah untuk penonton modern. Sebagai edisi TV yang disunting ulang dari trilogi film Golden Age, versi ini mencoba menyeimbangkan cakupan sinematik film dengan keintiman emosional dan kejelasan naratif dari format episodik. Dan meski tidak sempurna, upaya ini cukup berhasil memperbaiki beberapa kekurangan trilogi aslinya.
Yang membuat versi ini menonjol adalah keberaniannya untuk memperlambat tempo. Adegan-adegan baru—yang banyak tidak ada di film aslinya—memberikan ruang bagi interaksi karakter, terutama antara Guts, Griffith, dan Casca. Hubungan mereka tidak lagi sekadar titik-titik penting cerita, tapi menjadi benang merah emosional yang memberi bobot pada semua kejadian yang menyusul.
Secara visual, CGI masih terasa, tapi Memorial Edition melembutkan kesan kaku tersebut melalui pencahayaan yang lebih baik, penyusunan ulang komposisi gambar, dan transisi yang lebih halus. Meskipun belum menyamai animasi tangan dari versi 1997, setidaknya tak lagi terasa seaneh dan sejauh versi film sebelumnya.
Secara emosional, arc Golden Age masih menjadi bagian Berserk yang paling utuh dan klasik. Kenaikan dan kejatuhan Band of the Hawk, pencarian jati diri Guts, serta ambisi obsesif Griffith tetap disajikan dengan keanggunan dan rasa ngeri. Tragedinya tetap menghantam, apalagi dengan tambahan adegan yang memberikan waktu bagi karakter untuk ‘bernapas’ sebelum bencana datang.
Memorial Edition berhasil menghumanisasi para karakternya. Karisma Griffith diperlihatkan berdampingan dengan sikap dinginnya. Loyalitas Casca tak hanya dikatakan, tapi ditunjukkan lewat tindakan dan momen-momen kecil. Dan ketidaknyamanan Guts terhadap mimpi Griffith terasa lebih masuk akal dengan konteks tambahan.
Tempo ceritanya juga jauh lebih baik. Jika di film banyak momen emosional terasa terburu-buru, versi ini memberi ruang bagi ketegangan dan makna untuk berkembang. Adegan seperti kepergian Guts dari pasukan atau momen setelah pertempuran diberi waktu untuk benar-benar terasa.
Namun, meskipun ada penambahan, keterbatasan dari sumber aslinya tetap terasa. Beberapa kekakuan—terutama dalam adegan aksi—masih ada. Dan meski Eclipse tetap mengerikan, bobotnya tak sebrutal versi 1997 yang lebih mentah dan penuh ketegangan psikologis.
Tetap saja, bagi penonton baru atau mereka yang enggan menonton versi lama karena visualnya, ini adalah alternatif yang layak. Ia memang tidak se-menghancurkan versi 1997 secara emosional, tapi tetap menghormati materi asli dan menyajikannya dengan cara yang lebih bersih dan mudah diikuti—tanpa mengorbankan kedalaman cerita.
Berserk: Memorial Edition tidak mengubah arc Golden Age secara radikal, tapi memolesnya—cukup agar bisa dinikmati lebih luas. Bagi siapa pun yang ingin memahami kenapa kisah ini begitu legendaris tanpa langsung ke manga atau anime lama, ini adalah titik awal yang baik.